Cergam: Komik yang Menyastrakan Grafis

Sastra grafis. Bukanlah sebuah neologisme baru atau terminologi ataupun istilah untuk menggantikan komik atau cerita bergambar (cergam). Sastra grafis sudah ada sejak lama, hanya saja ketika huruf dan gambar dipisahkan maka secara fundamental sastra grafis tidak mungkin untuk dimunculkan kembali tanpa menimbulkan kontroversi.

Bagaimana caranya menyastrakan grafis? Apakah mungkin sebuah penilaian untuk karya tekstual ditempatkan pada karya visual? Kalau kita melihat huruf kanji, setiap keindahan penulisan huruf ideogram dinilai dari segi visualnya disamping keindahan bahasa puitisnya. Sastra grafis adalah bentuk-bentuk gambar atau segala sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai objek grafis, dalam hal ini adalah komik atau cergam. Sastra adalah sesuatu cerita yang dituturkan dengan memperhatikan keindahan penuturannya. Keindahannya dapat saja diperdebatkan, tetapi pada intinya sastra ingin memunculkan kehalusan dan keindahan dari seni berkisah.

Manakala kisah-kisah itu tidak lagi dituturkan melulu dengan teks, tetapi juga diiringi gambar sehingga akhirnya gambarlah yang mendominasi pengisahan, maka perlu diperhatikan adanya 'kesusastraan grafis'.

Sastra grafis adalah semacam upaya puitisasi grafis, dalam hal ini pengisahan cerita melalui visual gambar di atas permukaan dua dimensional. Puitisasi grafis bukanlah sebatas memvisualkan, menggambarkan atau mengilustrasikan puisi-puisi. Puitisasi kalau boleh dikatakan sebagai dorongan untuk mendramatisir narasi visual dari gambar-gambar yang berurutan dalam cergam. Puitisasi maksudnya adalah sebuah metafora visual, kiasan atau tamsilan yang dikisahkan lewat grafis, baik itu gambar, sketsa, foto, atau olahan komputer yang dapat dibentangkan di atas media dua dimensional atau layar datar monitor.

Sastra grafis artinya menyastrakan grafis, yang maksudnya mendramatisir atau mempuitisasikan komposisi visual dalam cergam. Kalau dalam puisi ada yang menggunakan permainan kata-kata, bunyi, metafor, analogi, dan lain sebagainya untuk menyampaikan keindahan pesan-pesannya, maka dalam cergam, disampaikan melalui dramatisasi gambar, desain visual, gaya ilustrasi, yang bermuara pada tujuan uraian kisah melalui grafis.

Sastra grafis bermakna menyastrakan grafis, bukan sekedar menggrafiskan sastra atau sebatas mengambil cerita sastra untuk kemudian dituturkan sebagai komik atau cergam tanpa pengolahan visual lebih lanjut. Sastera grafis bukan merujuk pada sumber cerita komik dari bahan-bahan sastra, akan tetapi proses menciptakan bahasa komik yang sastrawi. Dengan menganalogikan proses membaca materi sastrawi, maka sastra grafis menganalogikan sastra yang dibacakan menjadi sifat atau nilai sastra yang diungkapkan lewat visual.

Comments

  1. ada ngak komik motogp?
    visit naruto episode

    ReplyDelete
  2. Penulisan yang bagus sekali.
    Teruskan menulis.
    Ia amat berguna buat generasi akan datang.

    ReplyDelete
  3. dollah - tahniah bung karna kerna sudah berbloging skarang

    ReplyDelete
  4. Tulisan tulisan anda sangat menarik bung Karna! terimakasih untuk sharing pengetahuan anda...
    saya akan link blog anda ke grafisosial.wordpress.com

    ReplyDelete
  5. Damn guud writing.Even I felt dizzy~..haha. Di mana skrg Bung KArna?

    ReplyDelete
  6. masih tak jauh dari shah alam. gah gah gah... tuing tuing

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts